Soal Jodoh Sudah Ada yang Ngatur, Lalu Perlukah Kita Untuk Pacaran?
Soal Jodoh Sudah Ada yang Ngatur, Lalu Perlukah Kita Untuk Pacaran?
Sebelumnya saya beritahu dulu, kalau saya ini bukanlah
pemuda yang alim dan agamis, yang berpedoman jika “ pacaran
itu haram ” atau mungkin “ pacaran itu dosa
”, atau bahkan rela menjomblo
bertahun-tahun sehingga dipikirannya hanya ada kata “menikah atau Taaruf”, pemikiran
saya tidak sampai sejauh itu.
Saya juga bukan pemuda yang nakal
dan playboy yang sering ganti-ganti cewek dengan bermodal tampang dan kekayaan,
seperti di senetron-senetron yang ada di siaran TV, saya tidak setega itu. saya
hanyalah pemuda yang memiliki pemikiran rasional dan bebas saja, seperti
pemuda-pemuda pada umumnya, tapi masih terbatasi danmengikuti dengan
norma-norma agama yang ada tentunya. Saya punya sedikit opini dan pengalaman
mengenai kata “Jodoh” dan kata “Pacaran”.
Opini dan pengalamanku :
Opini dan pengalamanku ini bukan
bermaksud untuk menggurui kalian atau bahkan mendoktrin seperti quotes-quotes
yang membuat para jomblo menjadi sangat baper, ini hanya sebatas pengalaman
hidup saja ya gan. Dulu guru agama di SMA tempat saya belajar pernah bilang,
kalau jodoh itu sudah ditetapkan oleh Tuhan lebih tepatnya jodoh itu sudah ada
yang ngatur.
Baca Juga : Tanda-tanda Hamil Muda
Jadi, kita nggak perlu terlalu khawatir
untuk tidak dapat pasangan hidup, karena sudah pasti kita akan dapat pasangan
hidup walau waktu juga sangat menntukan, karena semuanya sudah diatur oleh
Tuhan. Secara alamiah kami para pecinta jomblo pun tersenyum berjamaah setelah
mendengar berita baik ini. Tapi seketika pikiran rasional saya memunculkan
pertanyaan yang cukup menggelitik di otak saya, “Kalau memang jodoh sudah ada
yang ngatur, berarti kita tidak perlu susah-susah cari cewek dong? Secara logika
dengan itu kata-kata Dan juga tidak perlu repot-repot dekatin cewek dong?
Tinggal tungguin saja nanti juga datang sendiri itu jodoh.”
Nah loh gayss, logika saya mulai berfikir
lebih jauh lagi soal pernyataan itu, gimana ceritanya cewek bisa dateng kalau
kita saja tidak niat untuk mendekatinya. Iya saja kalau cewek itu wajar-wajar
saja, soalnya memang kodrat sang cewek untuk menunggu dan memilih para peria.
Nah kita sebagai para cowok, kodratnya kita untuk mencari dan berusaha kan?. Baik itu mencari jodoh maupun mencari kerja.
Jodoh Manusia :
Apalagi jodoh manusia, bukan seperti
barang yang dengan gampang bisa kita dapatkan dan berpindah tangan alias
berpindah hati. Akhirnya teori “jodoh tak perlu dicari” dalam otak saya pun
perlahan mulai hilang, teori ini menurut saya kurang cocok untuk para cowok.
Saya sebagai orang yang baru pertama
kali ingin mencari pacar saat itu, kriteria cewek yang saya cari masihlah
terikat dengan banyak aturan seperti asrama militer gayss. Seperti dia harus
baik hati, rajin beribadah, pinter, ramah, tidak sombong, rajin menabung, dan
berderet-deret kriteria lain yang mendekati cewek yang sudah sempurna. Dan
apakah aku menemukannya?
Ya jelas saja TIDAK gayss. Sampai
SMA saya menjadi perguruan tinggi pun tidak bakalan bisa kesampaian. Apalagi
itu masih lingkup satu SMA, mana ada cewek se ajaib itu muncul. Saat itulah saya
mengerti satu hal, bahwa jodoh kita nanti juga bukanlah manusia yang sempurna
daripikiran dan keingiinan kita, bahkan mungkin dia sama sekali tak memiliki
tipe dan kriteria yang sudah kita inginkan itu.
Tapi perhatian itu pun mulai tertuju
pada satu cewek. Kalau menurut saya dia sangat alim, ceria, baik hati, dan pinter,
pokoknya masih lumayan lah dengan kriteria cewek saya. Yang paling penting itu adalah
dia alim dan agamis sekali, saya berharap dengan menjadi pacarnya saya dapat berubah menjadi rajin sholat, rajin mengaji,
rajin pergi ke masjid, rajin mengikuti pengajian islami dan segudang kegiatan
yang biasa dilakukan oleh pemuda-pemuda alim pada umumnya. saya pun mulai
mendekatinya, mengerahkan berjuta jurus yang di bilang PDKT gayss. Tapi pada
akhirnya saya baru ingat satu hal, kalau cewek yang alim dan solehah itu tidak
mungkin pacaran. Nah sudah terlihat kan gayss kesimpulannya?
Pacaran :
Pencarian saya pun berlanjut dan
tidak lama kemudian saya menemukan cewek kedua yang menarik perhatianku saat
itu. Alasanku memilihnya karena kami memiliki hobi yang sangat sama. Saya tidak
memperhitungkan parasnya lagi, sifatnya atau bahkan sopan santunnya. Saya pun hanya
berpatokan jika kami ini memiliki hobi yang sama, maka kami pasti cocok gayss.
Hubungan kami berjalan kurang lebih selama
3 bulan, dan entah mengapa rasa bosan mulai menghampiri diri saya. Sudah
berjalan selama itu tapi saya tidak merasa ada perubahan di diriku ataupun
dirinya. Terbesit sedikit rasa penyesalan di dalam hatiku, ternyata hubungan
ini tidak seperti yang saya bayangkan, ternyata dia tidak seperti yang saya harapkan.
Meskipun kami tidak pernah ada masalah, tapi saya merasa telah salah memilih
cewek.
Tapi sebelumnya mohon dimaklum
karena saya waktu itu pertama kali menjalani yang namanya pacaran, jadi tanpa
pikir panjang lagi saya langsung memutuskan dia jodoh ku, dengan alasan yang
sengaja kubuat-buat. Yah, memang terlihat sedikit kejam sih, dan saya baru
menyadarinya setelah beberapa tahun kemudian. Dan yang lebih sangat mengagetkan
adalah, ternyata dia merasa sangat cukup terpukul setelah aku memutuskannya di
sini saya merasa sangat menyesal dan kasihan terhadap diri saya sendiri yang
sudah berbuat kejam dengan mementingkan egosime saya tanpa memperhatikan
perasaanya orang lain.
Dari situ saya mulai belajar satu
hal lagi, bahwa meskipun saya merasa telah salah memilih dia, tapi belum tentu
juga dia merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan, bisa saja dia malah
merasa bahwa dia adalah cewek yang beruntung telah memiliki diri ku. Tapi
namanya juga sudah terlanjur, tidak mungkin kan saya ngajak balikan ya meskin
pun itu bisa saja terjadi. Tapi saya yang nembak, saya juga yang mutusin cewek
tersebut masa saya juga yang ngajak balikan, emangnya saya cowok apaan, mungkin
ini terlihat kejam tapi ini lah realita kehdupan yang semua penuh dengan
keegoisan semata. Dan pada akhirnya saya kembalikan semua ini ke Tuhan, kalau
memang dia jodoh saya maka dia juga bakalan balik untuk saya menemani saya
hingga akhir zaman atau hingga maut yang meisahkan kita.
Setelah saya mengalami ditolak
cewek, saat nembak cewek, pacaran sampai mutusin cewek, saya sudah merasa
seperti veteran yang sudah cukup berpengalaman untuk menjalani kisah pacaran
selanjutnya. Kisah saya dengan cewek ketiga ini tidak kalah luar biasanya, di
sini saya mengenalnya hanya dalam kurun waktu dua bulan saja, habis itu kita resmi
pacaran. Seperti biasa saya juga mendapatkan banyak hal baru dengan cewek
ketiga ini.
Dia telah berhasil mereduksi
kriteria-kriteria konyol yang dulunya menjadi pedoman saya dalam mencari cewek,
hingga tinggal dua kriteria saja yaitu membuat saya merasa nyaman dan membuat
saya bisa menjadi diri sendiri. Dengan menjadi diri sendiri itu berarti dia
menerima dirimu yang sebenarnya bahkan seutuhnya.
Percaya atau tidak tapi inilah
kenyataannya, pacaranku dengan cewek ketiga ini sudah berjalan hampir 4 tahun
lebih (menuju 5 tahun), setara dengan pendidikan sarjana (S1). Dulu aku yang
mengenalnya hanya dua bulan, tapi pacaran kami bisa bertahan selama ini. Ini
secara tidak langsung mendukung teori ini “Nikah dulu baru pacaran”.
Dulunya aku berpikir kalau teori itu
terkesan mustahil. Lebih masuk akal pacaran lalu nikah, karena selama pacaran
kita bisa mengenal pasangan kita lebih dalam. Mana mungkin kita menikahi cewek
yang belum kita kenal secara mendalam, terus ntar kalau udah nikah ternyata
zonk gimana? Ternyata nggak cocok gimana? Ribet deh ngurus surat cerainya,
belum lagi pembagian harta gono-gini dan segala tetek bengeknya.
Fakta Mengenai Hubungan :
Tapi ketika melihat fakta mengenai
hubungan kami yang telah berjalan 4 tahun lebih, akhirnya aku mengerti. Kalau
selama kami dalam proses saling mengenal, ternyata itu bersamaan dengan
tumbuhnya cinta diantara kami. Sehingga teori “Nikah dulu baru pacaran” menurut
saya cukup masuk akal juga, dan aman untuk dijalani gayss.
Baca Juga : Cara Mengajari Anak Sholat
Mungkin hubunganku dengan cewekku
yang ketiga ini yang paling banyak mengajariku hal-hal penting. Sebenarnya dia
bukan cewek yang alim atau agamis kok, tapi tetep dia masih dalam kategori
cewek baik-baik. Kami juga banyak memiliki sisi yang berbeda, tapi aku merasa
dia seperti cerminan dari diriku.
Mungkin ini yang dimaksud dengan
kalimat “jodoh kita adalah cerminan dari diri kita sendiri”. Dia adalah
cewek yang memiliki pemikiran rasional dan bebas, seperti cewek-cewek pada
umumnya, tapi masih terbatasi dengan norma-norma agama tentunya. Dia seakan
ikut berkembang saat aku juga berkembang. Pada akhirnya aku menyadari, kita
memang harus memantaskan diri agar mendapatkan pasangan yang pantas untuk kita,
perempuan baik-baik untuk lelaki baik-baik, begitu pula sebaliknya. Karena memang
jodoh kita adalah cerminan dari diri kita sendiri.
Keluarga Bahagia
Jadi itu tadi beberapa
pengalaman-pengalaman saya dalam berpacaran, yang telah memberiku banyak pelajaran
penting mengenai konsep hubungan hidup dan jodoh. Jodoh itu memang sudah ada yang
ngatur, jadi apakah perlu kita untuk pacaran? Jawabannya adalah terserah
anda-anda semua alias terserah pada diri anda masing-masing ya gayss, kalau
menurutku pacaran itu semacam simulasi untuk menjalin hubungan. Tapi percuma
juga jika pacaran kalau tidak bisa mengambil hikmahnya. Kalau saya sih mending
memantapkan diri sambil nyari yang pantas buat diri kita. Memang jodoh itu sudah
ditentukan, tapi menurut saya cowok wajib berusaha sampai jodohnya terungkap.
Sumber : https://www.hipwee.com
0 Response to "Soal Jodoh Sudah Ada yang Ngatur, Lalu Perlukah Kita Untuk Pacaran?"
Post a Comment
Silahkan sampaikan komentar anda, asal jangan nyepam disini loh yah!