Gunung Cyclop Sentani, Tapi Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?
Gunung Cyclop Sentani, Tapi Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?
Gedebogpisang.com - Pegunungan Cyclops Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?
Ulasan sedikit mengenai dari gunung cyclop ini nama lain dari gunung ini adalah biasa disebut juga
dengan Cycloop, siklop, Dobonsolo atau Dafonsoro
yang berada di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura bagaikan benteng
pelindung bagi para warga di dataran Jayapura. Pegunungan ini berbagi lansekap
dengan Danau Sentani yang terletak di selatannya. Gunung Cyclop Sentani ini merupakan pemisah antara danau dan laut pasifik.
Baca juga :
Ironisnya, karena letaknya yang
dekat dengan pusat perkembangan kota dari kabupaten jayapura, pegunungan Cyclops saat ini rentan dan
tertekan oleh berbagai macam bentuk perambahan hutannya. Nama Cyclops konon
berasal dari Bahasa Belanda, yang berkonotasi puncak awan ini dikarenakan tingginya gunung cyclop yang menjulang sangat tinggi ke awan.
Sebagai kawasan dari Cagar Alam (CA), Cyclops yang telah diresmikan sejak pada tahun 1978 melalui SK No.56/Kpts/Um/I/1978 dan
dikukuhkan pada tahun 1987 lewat SK No.365/Kpts-II/1987) yang mencakup wilayah
seluas 22.500 hektar. Di tahun 2012, CA bertambah luasannya menjadi 31.479,89
lewat SK Menhut nomor 782/MenHut-II/2012.
Adapun, satwa liar khas yang asli Papua yang ada di cagar alam ini termasuk kuskus tutul hitam, kanguru pohon, bandikut
(semacam tikus berkantung), burung mandar gunung hingga ekidna ini beberapa jenis heawat satwa yang terdapat di cyclop jayapura. “Cyclops juga merupakan sumber ketersediaan air
bersih bagi seluruh warga yang ada di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura maupun di sebagian besar
wilayah Jayapura maka dari itu banyak warga yang tergantung pada gunung cyclop tersebut,” ujar dari Richard Kalilago, Community Outreach and
Sustainable Development USAID LESTARI program Papua, kepada Mongabay
Indonesia, awal Mei 2017 lalu.
Menurut dari Richard jauh kembali di
akhir tahun 1980-an, saat dirinya masih bergabung dalam suatu kelompok mahasiswa
pecinta alam dari Universitas Cendrawasih, tekanan terhadap pegunungan Cyclops sudah
mulai terjadi. Perambahan hutan untuk mencari kayu suang, perburuan satwa
endemik, galian C, pembukaan lahan hingga pembangunan fasilitas perkantoran pun
telah terjadi dan ini harus segera di hentika jika tidak maka tidak menuntut kemungkinan kota jayapura terendam banjir dan hanya tinggal kenangan karen tidak adanya resapan yang di miliki gunung cyclop tersebut. banyak yang bertanya Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?
Baca juga : MOP Papua Lucu, Terbaru
Berdasarkan cermatan WWF-Papua,
kawasan kritis yang terdapat di CA Cyclops diperkirakan mencapai sekitar seribu
hektar, yang banyak terjadi di kawasan penyangga (buffer zone). Khusus untuk kayu suang (Xanthosneon sp),
disebutnya merupakan jenis kayu endemik Papua yang terindikasi hanya memiliki
sebaran terbatas yang hanya berada di Pegunungan Cyclops. Kayu suang banyak
ditebang, karena dipakai untuk arang dan pembakar ikan yang banyak dijumpai di
Kota Jayapura. Kita harus saling menjaga kelestarian dari gunung cyclop agar kelestariannya tetap terjaga dan terhindar dari bencana.
Migrasi ke Cyclops
Masuknya pendatang di Cyclops tak
lepas dari menariknya gemerlap Kota Jayapura sebagai ibukota provinsi Papua
sekaligus pusat ekonomi dan jantung kota jayapura. Jelas Richard, saat ini 75 persen dari para pemukim di
Cyclops berasal dari masyarakat yang bermigrasi dari pegunungan. Secara letak geografis, masyarakat pegunungan
yang dimaksud Richard adalah berasal dari pegunungan tengah Papua, seperti
Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Yahukimo.
“Pembukaan lahan untuk dijadikan
perkebunan dan pemukiman itu biasanya dilakukan masyarakat pegunungan. Mereka
mulanya dibawa oleh misionaris pada tahun 1970-1980-an, kemudian berkembang dan
sekarang menguasai hampir seluruh Cyclops,” ungkap Richard. Saat ini ada sejumlah masyarakat yang
mendiami seluruh wilayah pegunungan Cyclops diperkirakan berkisaran 400 ribu jiwa
yang terdiri dari 15 kampung, baik yang berada di Kabupaten maupun Kota
Jayapura.
Suku-suku asli pesisir sendiri,
lebih banyak berada di Sentani dan tidak berinteraksi langsung dengan Cyclops.
Mereka hidup dari menanam dan memanfaatkan sagu yang berada di tepian danau,
juga dari hasil menangkap ikan. Sebagai bagian dari kearifan lokal,
suku-suku asli pun percaya akan terjadi malapetaka jika mereka merambah dan
beraktifitas di Cyclops. “Suku asli percaya bahwa Cyclops
telah memberi udara yang sejuk, air, dan tanah kepada mereka. Sehingga jika tuan
Cyclops dikorek justru akan membawa petaka.”
Seperti dijelaskan oleh Wirya
Supriadi dari Jaringan Kerja Rakyat (Jerat) Papua, sebuah lembaga swadaya yang
peduli terhadap penyelamatan sumberdaya alam dan hak ekonomi, sosial dan budaya
Papua, nama asli Cyclops adalah Robhong Holo. Dalam bahasa Sentani
bagian gunung disebut dengan nama “Holo”. Nama ini berasal dari legenda
seorang perempuan bernama Robhong yang pergi ke utara dan lalu bertemu dengan
seorang lelaki bernama Haelufoi. Konon, setelahnya Robhong dan Haelufoi lalu
menghilang karena telah berubah wujud menjadi dua puncak Dobonsolo, yaitu
Haelufoi (suami) di sebelah timur, dan puncak Robhong (istri) di sebelah barat.
Menyelamatkan Cyclops Harus Lewat Penegakan Hukum atau Pendekatan Budaya?
Tekanan terbesar berupa perambahan
dan deforestasi bagi wilayah lansekap pegunungan Cyclops banyak terjadi di
wilayah Angkasa, Kota Jayapura, Waena, Bumi Perkemahan, hingga daerah Uncen
yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Jayapura. Namun, efektivitas
penegakan hukum yang dilakukan tidak menuai upaya dan hasil yang memuaskan.
Saat dijumpai, Kepala Sub Bagian
Data, Evaluasi, Pelaporan, dan Kehumasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam (BBKSDA) Papua, I Ketut Diatra Putra, mengakui jika ancaman terhadap
kawasan konservasi Cyclops sangatlah besar. Tuturnya, pihak BBKSDA pernah
melakukan penyitaan kayu yang terambil di kawasan CA Cyclops Namun yang
terjadi, justru warga yang disita barangnya malah balik datang membawa banyak
orang dan melakukan demo ke kantor balai.
“Penegakan hukum di kawasan Cyclops
sampai saat ini belum bisa maksimal karena terkait dengan kondisi sosial dan
budaya. Perlu kehati-hatian untuk melakukan upaya hukum,” ujarnya. Baginya, penyebab deforestasi di
Cyclops sangat rumit dan melibatkan faktor budaya, politis, sosial, dan
ekonomi, termasuk eksploitasi dari penambangan yang terjadi. Kawasan penyangga
CA Cyclops yang dijadikan lahan tambang.
Kembali ke tahun 2013, sesuai yang
tertulis dalam artikel Mongabay Indonesia, saat meninjau pemberian hibah
bantuan, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik, pun sempat heran
saat menjumpai penambangan pasir yang berada di CA Cyclops.
Bahkan, sebenarnya tidak saja
masyarakat yang merambah ke dalam kawasan, pembangunan rumah maupun perkantoran
besar-besaran pun terjadi di kawasan penyangga. Seperti kompleks perkantoran
Bupati Kabupaten Jayapura dan perkantoran Walikota Jayapura berada dalam
kawasan penyangga Cyclops.
Richard Kalilago, sejenak tampak
berpikir saat ditanya bagaimana menyelamatkan Cyclops kedepan. Dia lalu
menyebut, untuk menghentikan deforestasi di lansekap Cyclops hanya akan efektif
jika semua pemangku kepentingan terlibat. Pendekatan budaya harus
dikedepankan, termasuk melibatkan para kepala adat di seputaran Cyclops yang
disebut sebagai ondoafi (ondofolo).
Jelasnya, di pegunungan Cyclops
terdapat lima Dewan Adat Suku (DAS) yaitu Sentani, Moi, Tepera, Ormu dan Elema.
Para pendatang sebutnya, awalnya untuk membuka lahan pun meminta persetujuan
dari para ondoafi setempat. Menurutnya dalam waktu dekat,
pihaknya akan menyosialisasikan rancangan Perda tentang pelestarian kawasan
pegunungan Cyclops. Di dalam rancangan Perda itu akan dibahas dan diakomodir
tentang zona-zona ekologi yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat
adat.
“Aspirasi masyarakat di dalam dan
sekitar wilayah pegunungan Cycloop, dan lembaga pemerintah dan pihak swasta yang memperoleh
manfaat dari jasa lingkungan dan ekosistem perlu menjadi pertimbangan dalam
sistem tata kelola kolaboratif. ini lah sedikit ulasan Gunung Cyclop Sentani, yang Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?,
Sumber : https://www.mongabay.co.id/2017/05/25/penting-untuk-kota-dan-kabupaten-jayapura-tapi-mengapa-pegunungan-cyclops-malah-terancam/
0 Response to "Gunung Cyclop Sentani, Tapi Mengapa Pegunungan Cyclops Malah Terancam?"
Post a Comment
Silahkan sampaikan komentar anda, asal jangan nyepam disini loh yah!