Sejarah, Makna, Tingkatan Puasa dan Puasa Para Nabi
Sejarah, Makna, Tingkatan Puasa dan Puasa Para Nabi
Ramadhan
menjadi salah satu bulan istimewa karena pada bulan ini ummat Islam diwajibkan
untuk berpuasa. Shaum secara bahasa yang artinya
menahan atau meninggalkan, atau berpindah dari suatu perbuatan keperbuatan
lainnya. Shaum juga bisa berarti diam.
Secara
termonologi, Shaum berarti menahan diri dari makan, minum dan berhubungan suami
istri dengan niat beribadah kepada Alllah SWT mulai dari terbitnya fajar hingga
terbenam matahari.
Puasa
mengandung banyak hikmah dan faedah, puasa ditujukan untuk melatih jiwa, untuk
mengendalikan nafsu dan mendidik jiwa untuk memegang amanah. Bahkan Puasa juga
melatih kesabaran dan ketabahan bahkan puasa juga berfaedah untuk kesehatan.
Selain
puasa ramadhan ajaran Islam juga mengenal puasa sunnah seperti puasa 6 hari
dibulan syawal, puasa arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dan puasa tarwiyyah pada
tanggal 8 Dzulhijjah bagi yang tidak menunaikan ibadah haji.
Selain
itu ada juga puasa Senin, Kamis, puasa Daud dan puasa asuro pada tanggal 10
Muhamram. Ada juga puasa 3 hari dipertengahan bulan, namun ummat Islam
diharamkan puasa diwaktu-waktu tertentu yaitu pada hari Raya Idul Fitri, Idul
Adha dan hari Tasyrik yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Perintah
kewajiban berpuasa dibulan Ramadhan ini pertama kali diturunkan pada bulan
Sya'ban tahun kedua Hijriah, hingga akhir hayatnya Rasulullah menjalankan puasa
sebanyak 9 kali.
Kewajiban
dalam puasa diturunkan sejarah yang bertahap, awalnya bersifat pilihan seperti
dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 184, "Dan bagi yang berat
menjalankan puasa maka wajib membayar fidyah dengan cara memberi makan
orang-orang miskin", ayat ini diturunkan dengan Qaish bin Said yang sudah
lanjut usia yang tidak mampu menjalankan puasa, dalam satu riwayat Rasulullah
SAW datang ke Madinah pada hari Asyuro kemudian beliau berpuasa 3 hari setiap
bulan.
Bertahapnya
kewajiban berpuasa disesuaikan dengan kondisi ummat Islam pada saat itu, ketika
pada sahabat telah mantap akidahnya maka Allah Ta'ala menurunkan ayat yang
mewajibkan puasa dibulan ramadhan seperti yang dijelaskan dalam surat Al
Baqarah ayat 185, "Bulan Ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan
permulaan Al Quran sebagai petunjuka bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang bathil karena itu
barangsiapa diantara kamu hadir dinegeri tempat tinggalnya dibulan itu maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu". (Al Baqarah 185)
Kewajiban
dalam berpuasa pada bulan ramadhan menurut sebagian ulama dijelaskan juga dalam
ayat 183 dalam surat Al Baqarah, yang menarik dari ibadah puasa yang dilebihkan
dari ibadah lainnya adalah bahwa semua amal ibadah sejatinya diperuntukkan bagi
hamba yang melakukan ibadah itu kecuali puasa, puasa adalah untuk Allah dan
Allah sendiri yang akan membalasnya (HR. Bukhari-Muslim)
Puasa
adalah suatu ibadah yang sangat pribadi, hubungan kita dengan sang khaliq,
tidak ada yang mengetahui kita tengah berpuasa kecuali Allah Ta'ala. Puasa
adalah ibadah yang tidak terlihat karena itu ibadah ini dilakukan semata-mata
demi ketaatan demi Allah Azza wa Jalla.
Puasa
merupakan ibadah yang bertujuan untuk mengekang nafsu manusia dari kesenangan
dan kelezatan yang ada di dunia, siang hari seorng hamba menahan diri dari
semua yang membatalkan puasa dan perbuatan maksiat.
Dimalam
hari seorang hamba menyibukkan diri dengan Qiyamul lail dan membaca al Quran,
serta merenungi kebesaran-Nya, inilah yang melebihkan bulan ramadhan dibanding
bulan lainnya. Dan Orang yang berpuasa dinilai merugi jika
masih memenuhi dirinya dengan berbicara kotor, fitnah, membicarakan kejelekan
orang lain dan menyakiti orang lain, serta bersikap sombong karena jika itu di
lakukan maka puasa anda akan sangat sia sia.
Ujian
berpuasa dibulan ramadhan begitu sangat berat, sejarah menceritakan kala itu
ditanah Arab bulan ramadhan berlangsung dalam kondisi sangat panas dan kering.
Baca juga :
Baca juga :
Ro
dalam kata Ramadhan mempunyai arti panas yang membakar, tidak panas yang
menyengat selai dibulan Ramadhan. Disiang hari panas begitu menyengat dan
berlangsung lebih lama hingga 16 jam.
Walaupun
kalender ummat Islam mengembangkan kalender komariah yang berbasis peredaran
bulan membuktikan bahwa bulan ramadhan tidak selalu bertepatan dengan musim
panas, sehingga ramadhan memiliki makna metafori, ramadhan yang artinya
membakar dimaknai sebagai bulan untuk membakar dosa-dosa kaum mukmin karena
tujuan akhir berpuasa adalah untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa, jadi kata
panas membakar tidak selalu ditujukan secara fisik dalam pengertian suhu dan
cuaca. Wallahu a'lam.
Imam
Abu Hamid Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin membagi puasa dalam tiga
tingkatan, Pertama. Puasanya orang awwam, yaitu puasa yang hanya menahan diri
dari perkara yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Kedua Shoum
Khusus atau puasa orang khusus. Selain menahan diri dari perkara yang
membatalkan puasa juga menjaga pancaindera dan seluruh badan dari segala dosa.
Ketiga Shoum khusus hul khusus atau puasnya orang istimewa. Selain berpuasa
dari yang membatalkan dan berpuasa dari dosa juga hatinya berpuasa tidak
lagi memikirkan soal duniawi.
Banyak
rahasia dan hikma dalam puasa yang bisa kita raih selama menjalankan ibadah puasa
ini dengan sungguh-sungguh hingga mencapai tingkatannya puasa orang yang
istimewa. Puasa merupakan latihan untuk menguatkan jiwa dalam mengendalikan
hawa nafsu karena hawa nafsu cenderung mengarahkan manusia kepada kesesatan.
Allah
Ta'ala mengingatkan kita dalam firman-Nya, "Maka pernah kah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat berdasarkan sepengetahuannya dan Allah telah mengunci pendengaran dan
hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, maka siapakah yang mampu
memberinya petunjuk setelah Allah membiarkannya sesat, mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran". (QS.Al Jaziyah 23)
Puasa
itu dapat mendidik kemauan, kemauan untuk meningkatkan keimanan dan mempertahankan
keinginannya yang baik. Hikmah lainnya puasa bisa menyehatkan badan dan
mengenalkan nikmat sehat, untuk bersyukur atas nikmat sesungguhnya tidak akan
terasa sebelum datang yang namanya penderitaan.
Setelah
anda seharian tidak makan dan minum serta merasakan derita orang yang kelaparan
maka kita akan merasakan sebuah kenikmatan makan dan minum pada saatnya kita
berbuka diwaktu Magrib, sehingga rasa syukur kita akan buah kenikmatan itu
bukanlah rasa syukur basa-basi.
Kita
juga dilatih untuk berempati terhadap penderitaan orang-orang fakir dan miskin
sehingga ujung yang diharapkan adalah aktifitas berbagi karena itulah sambutlah
datangnya bulan ramadhan dengan menguatkan niat ibadah bukan perayaan tahunan
yang dilewati tanpa makna.
Ramadhan
merupakan suatu momentum yang sangat langka untuk mendidik diri, mendidik
keluarga dan mendidik masyarakat hingga mencapai derajad orang-orang bertaqwa.
Aamiin Allahumma Aamiin.
Ini
lah merupakan Sejarah, Makna, Tingkatan Puasa dan
Puasa Para Nabi, yang kita
harus panuti dan wajib bagi kita melaksanakannya.
Sumber : http://rohis-facebook.blogspot.com/2015/06/sejarah-puasa-makna-puasa-tingkatan.html
0 Response to "Sejarah, Makna, Tingkatan Puasa dan Puasa Para Nabi"
Post a Comment
Silahkan sampaikan komentar anda, asal jangan nyepam disini loh yah!